Tangisan bahagia
selalu terdapat pada setiap potongan cerita tentang siapa saja dan apa saja
macam ceritanya. Kali ini kisahnya tejadi pada diriku sendiri, dimulai dari
mengagumi, menghayal, dan ceroboh yang akhirnya mengakibatkan aku sulit
membedakan antara angin dan hujan. Sekarang menurut kalian definisi tentang
angin dan hujan itu sendiri apa?, jika aku yang ditanya seperti itu maka aku
akan menjawabnya bukan dengan jawaban-jawaban yang ilmiah, melaikan hanya seperti
yang terdapat didalam kepala ku saja. Aku akan menjawab ”kedua peristiwa alam
itu adalah dua hal yang membuat udara sejuk dan aku tidak menyukai keduanya”.
Tahun ajaran baru
dimulai, aku ini hanya seorang gadis 14 tahun yang baru saja lulus sekolah menengah
pertama, namaku Diana aku adalah anak ke 3 dari 4 bersaudara. Aku lahir
disebuah kota kabupaten kecil di jawa barat. Kali ini aku akan masuk sekolah
menengah atas dan tempatnya jauh dari rumahku dan ini adalah sebuah sekolah
dengan asrama atau bisa dibilang ini pesantren. Jujur saja aku ini adalah
seorang anak yang sangat manja dan tidak mandiri, aku ini tidak mudah bergaul
dan akan terus merasa asing dilingkungan baruku jika belum menemukan kesenangan
ku sendiri. Masuk sekolah yang bergaya seperti ini adalah hal baru untukku dan
aku tidak menyukainya. Hampir satu bulan disini aku baru bisa membuka mulutku
dan berkata satu dua kata kepada teman satu kamar ku, dia bernama Nadia, dia
adalah orang pertama yang aku kenal dan aku hanya berani berkomunikasi dengan
nya.
Lambat laun aku mulai
menikmati kehidupanku di penjara suci ini dan akhirnya aku menemukan kesenangan
ku sendiri. Satu semester berlalu aku tidak menemukan seseorang yang spesial disini,
tidak ada yang bisa menggantikan seseorang dari masa lalu ku itu. Tetapi akhirnaya
pada pertengahan semester dua aku mulai penasaran pada satu objek yang
misterius menurut ku, ditambah lagi aku ini adalah orang yang sangat dan serba
ingin tahu dan tentu saja aku penasan dengan orang ini. Banyak orang yang
mengelu-elu kan nya, ada yang bilang dia ini tampan, jenius, baik dan
bla...bla..bla... dan dengan kejadian ini aku merasa De javudengan seseorang dari masa lalu ku. Singkat cerita akhirnya
aku tahu siapa objek yang selalu di elu-elu kan orang-orang itu, sebut saja
namanya Arya bocah laki-laki tengil degan mata coklat kulit putih
kekuning-kuningan, rambut yang warnanya semu coklat dan postur tubuh yang agak
sedikit pendek untuk ukuran seorang bocah laki-laki. Dia satu angkatan dengan
ku dan selama hampir setahun ini aku baru saja menyadarinya. Arya adalah
pengeran tengil di sekolah ini dan aku sangat tidak menyukainya, suatu hari aku
pernah meliatnya tidur dengan kepala yang bersangga pada meja dan dengan kepala
yang miring menghadap jendela, tentu saja dengan mudah aku bisa melihatnya dan
memperhatikan bocah ini tidur, dengan keadaan mulut yang terbuka dan suara
helaan nafas yang lepas sudah bisa kupastika bocah ini tidur dengan nyenyak.
Setahun berlalu dan
hubungan dengan Arya sedikit mulai dekat. Dimulai dari berbagai olimpiade yang
kami ikuti bersama kemudian seleksi pertukaran pelajar ke luar negri dan
lain-lain. Karena rutinitas dan momen-momen itu aku mulai sering
memperhatikannya dan sangat sering memperhatikannnya. Arya ini sangat-sangat
konyol dan tengil sekali, kadang kadang dia pun terlihat sangat-sangat cuek dan
dingin seperti petugas SATPOL PP dan sebongkah es batu. Arya mengingatkan ku
pada seseorang dari masa lalu ku lagi, mereka memiliki kesaaman yang cukup
banyak namun terdapat beberapa perbedaan juga, diantaranya mereka sama-sama
cuek dan dingin tetapi orang dari masa lalu ku dia tidak konyol dan tidak
tengil seperti Arya dia malah terlihat lebih dingin mungkin dari pada Arya, dan
dia pria masa laku ku itu dia bukanlah muslim.
Perlahan Arya membuatku
tersiksa dengan tingkahnya dan kadar kebersamaan kita yang semakin meningkat
karena banyak hal yang kita lakukan bersama. Setiap melihat Arya seperti
kembali dalam masa lalu dan membuatku kembali mengingat peristiwa mengerikan
itu. Arya dan orang itu mereka tidak sama, wajah mereka pun sangat berbeda
tetapi setiap kali melihat, berbicara, dan mendengar Arya hati ini terasa
dirobek dan di keluarkan isinya.
Tetapi aku merasakan
sesuatu yang berbeda ketika akubersama Arya sekarang dan tidak pernah aku rasakan
ketika aku bersama orang itu, saat ini aku mulai bisa membuka mulutku lebih
lebar dan bisa tertawa lebih terbahak-bahak dari pada sebelumnya, Arya
mengajarkankku menggunakan cinta dijalan yang benar dan untuk pertama kali ketika
aku menyukai Arya aku tidak pernah lagi merasakan istilah haus atau muluk akan
cinta. Aku menyukai Arya ya! Aku mengakuinya dan Arya sudah tahu itu tepatnya
ketika liburan sekolah kemarin.
Aku pikir dia akan
membenci atau menjauhiku, oh! ternyata aku salah Arya adalah orang yang sangat
dewasa yang pernah aku kenal, dia meresponnya dengan baik walaupun aku tak
penah tahu apa jawaban atas persaaan ku ini. Tetapi sejauh ini masih banyak
yang sangat aku ingin tanyakan kepada Arya, dimulai dari:
“Ya, kenapa si ko lo
cuek bgt sma gue, kenapa ke yang lain nggk?”
“Ya, jangan jadi orang
lain kalo lo lagi ngomong sma gue.”
“Ya, kenapa lo ga
pernah becandain gue?”
“ Ya, kenapa lo gak
pernah bulih gue?”
“Ya, kenapa lo mesti
nayanya sama yang lain, kenapa lo g pernah tanya ke gue?”
“Ya. Kapan lo liat
mata gue kalo lo lagi ngomong sma gue?”
“Ya ,kapan lo yang
mulai duluan ngomong sma gue?”
“Ya, kenapa lo dingin
bgt sma gue?”
“Ya, kapan lo panggil
nama gue keras-keras kaya lo panggil nama anak-anak yang lain?”
“Ya, kapan lo panggil
gue kamcong lagi?”
Dengan berjuta
pertanyaan di kepalaku ini aku mulai berfikir, apakah mungkin Arya mulai
menjaga jarak kepada ku agar akau berhenti untuk menyukainya. Aku juga mulai
merasa sangat pesimis akan persaan ku ini karena menyukai Arya itu susahnya
seperti aku mencoba untuk menggenggam angin, dan aku baru sadar bahwa Arya
bukanlah hujan yang awalnya aku benci akan kedatangannya dan akhirnya aku
menyukai hujan, karena sejuknya, bentuk yang terlihat, rasa yang bisa ku rasa.
Bukan itu bukan Arya, Arya tak pernah bisa ku miliki seperti aku berusaha
mersakan sejukknya hujan, tapi Arya hanyalah angin, angin yang hanya bisa ku
rasa kesejukannya, dia sebentar, pergi, dan kemudian menghilang dan sampai
kapan pun aku tak akan pernah bisa untuk memiliki angin karena jangankan untuk
memilikinya untuk menggenggamnya saja itu mustahil.
Masa lalu terulang
kembali, aku dan Arya adalahdua orang bocah yang sangat
berdeda dan tak pernah bisa sama apalagi bersama. Arya dengan kehidupan dan
dunianya dan aku dengan kehidupan dan duniaku sendiri, aku dan Arya tidak
selevel kami di batasi oleh tembok besar yang mustahil di tembus dan aku ini
gadis penghayal yang berhayal dapat menembus tembok itu dan bertemu dengan
bocah laki-lakinya. Arya kau adalah Angin yang Ku Sebut Huajn.
Arya kamu Angin bukan
Hujan.
No comments:
Post a Comment